Tuesday, March 8, 2011

Laporan observasi penggunaan teori belajar di SMP


Laporan
            Peranan pendidik (guru) antara lain adalah sebagai fasilitator dan motivator bagi peserta didik  dalam pembelajaran. Demi pelaksanaan peranannya itu, pendidik (guru) perlu memahami bagaimana anak belajar, adapun hal ini berkenaan dengan teori belajar. Ada 4 aliran teori belajar yaitu Behaviorisitik, Kognitif, Konstruktivisitik, dan humanisitik.
            Adapun keempat teori tersebut hendaknya dapat di kuasai oleh guru. Akan tetapi, pada kenyataan di sekolah teori-teori tersebut kurang dapat teraplikasi. Hal ini dikarenakan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan keadaan sekolah, yakni di sesuaikann dengan mata pelajaran serta sarana pembelajaran yang di milki setiap sekolah. Seprti yang di kutip dari pernyataan Ibu Uningsih Azzahra seorang guru biologi di SMP Negri 2 Lembang, “keempat teori yang anda kemukakan pada kenyataannya di sekolah itu kurang teraplikasi dengan konsep awal, melainkan di sesuaikan dengan sekolah”
            Dalam proses belajar, Ibu Uningsih Azzahra mengunakan metode pembelajaran dimana anak sebagai pusat pembelajaran dengan upaya untuk mengembangkan kognitif dan psikomotor anak. Perkembangan kognitif ini lebih di utamakan sedangkan psikomotor anak di sesuaikan dengan mata pelajaran dan materi ajar serta sarana pembelajaran yang di miliki sekolah. Sehingga dapat di katakana bahwa teori belajar yang kerap di gunakan adalah kognitif dan konstruktif.
            Teori belajar kognitif merupakan teori yang mengembangkan kognisi anak dimana proses pembelajaran di sesuikan dengan tingkat usia serta pemahaman anak. Teori konstruktivistik merupakan teori dimana anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Aplikasinya dengan cara guru hanya memberikan konsep dan membangun mainset kedalam pikiran anak, kemudian siswa hanya mengembangkannya sendiri dengan cara belajar di luar sekolah atau lingkungan sekolah dengan melakukan kegiatan keluar minimal setiap asatu semester. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat lebih kreatif dan dapat mengembangkan minat, bakat, serta potensi yang di miliki siswa.
            Menurut Ibu Uningsih Azzahra teori belajar behavioristik tidak lagi di gunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Teori yang menekankan bahwa guru sebagai pusatnya dan siswa hanya di jejali ilmu sudah tidak relevan lagi dengan zaman yang semakin modern. Saat ini, siswa dapat memperoleh pelajaran tidak hanya berasal dari gurunya tetapi dapat di peroleh dari media cetak maupun elektronik seperti internet, Koran,majalah, televisi, dan sebagainya. Siswa saat ini juga sedah semakin kritis, sehingga metode yang di gunakan guru hendaknya lebih kretif lagi dengan tidak menggunakan metode ceramah saja. Metode ceramah hanya di gunakan ketika guru sedang memberikan konsep-konsep mengenai materi yang di ajarkan. Hal ini berkaitan dengan peran guru ada sebagai fasilatator dan motivator dimana guru membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
            Beliau juga menjaelaskan bahwa dalam mengajar hendaknya guru mepelajari terlebuh dahulu latar belakang anak. Hal ini dilakukan agar guru dapat mengetahui pendekatan serta metode belajar apa yang sebaiknya di gunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu, perlunya komunikasi antar guru agar sang anak dapat terus di pantau pengembangannya. Dan bagi anak yang kurang kecerdasannya Ibu Uningsih Azzahra mengunakan teori belajar mengunakan telp sehinggan jika anak mengalami kesukaran dalam belajar dapat langsung menghubunginya serta adanya perbaikan nilai juga di gunkan agar anak tidak mengalami ketertinggalan.

OBSERVASI
Nama Guru             : Ibu Uningsih Azzahra
Alamat sekolah       : Jl. Maribaya no. 129 Lembang, Indonesia, 40391
+62222786994
Hari /Tanggal          : Senin, 29 November 2010
Tempat                    : SMP Negeri 2 Lembang



No comments:

Post a Comment